Home Kajian 400 ORANG NYATAKAN DIRI SIAP MATI DALAM AKSI BELA ISLAM

400 ORANG NYATAKAN DIRI SIAP MATI DALAM AKSI BELA ISLAM

2166
0

400 ORANG NYATAKAN DIRI SIAP MATI DALAM AKSI BELA ISLAM

Kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok menimbulkan reaksi luar biasa dari umat Islam di tanah air. Sejak Aksi Bela Islam 1, Aksi Bela Islam 2 (411), hingga   aksi ketiga 2 Desember (212) yang disebut Aksi Super Damai.

Aksi Bela Islam pertama tanggal 14 Oktober 2016 diberitakan dihadiri puluhan ribu peserta. Sebagian besar peserta hanya dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, aksi serupa bergulir di mana-mana.

Beberapa Jum’at berikutnya umat islam menggelar aksi di berbagai kota, terutama kota-kota besar di Indonesia. Dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Dari Indonesia bagian barat hingga Indonesia bagian Timur.

Advertisement Jetpack

Aksi besar kembali digelar pada tanggal 4 November. Dikenal juga dengan Aksi Damai 411. Yang hadir dalam aksi ini bukan lagi dari Jakarta dan sekitarnya. Yang hadir bukan lagi puluhan atau ratusan ribu. Sebagian sumber menyebutkan angka di atas dua juta setelah dihitung dengan melihat luasan wilayah berdasarkan google earth.

Puncaknya adalah Aksi Super Damai yang disebut-sebut dihadiri 7 juta lebih peserta. Diklaim sebagai Shalat Jum’at terbesar sepanjang sejarah di seluruh dunia.

Aksi ini dimotori para ulama yang tergabung dalam GNPF MUI atau Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI. Tercatat nama-nama seperti Habieb Riziq Syihab, Ust. Bachtiar Nasir, dan Ust. Muh. Zaitun Rasmin sebagai penggerak utama.

Aksi Bela Islam dalam Sejarah

Aksi pembelaan terhadap agama adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Sebutlah misalnya aksi-aksi yang dilakukan oleh para sahabat dan tabi’in di awal-awal munculnya Islam. Pada saat memeluk Islam, sudah sejak awal tertanam dalam benak mereka, masuk Islam ya bela Islam. Masuk Islam ya jihad.

Aksi mereka bukan sekedar unjuk rasa alias demo. Aksi mereka adalah jihad angkat senjata, perang, karena memang kondisi menuntut demikian.

Di antara peperangan besar yang dicatat dalam sejarah adalah Perang Yarmuk. Perang besar menghadapi 240 ribu pasukan Romawi, imperium adi daya di eranya. Romawi mengumpulkan pasukan dari beberapa koloninya. Semacam pasukan multi nasional. Sedangkan jumlah pasukan kaum muslimin hanya 40 ribu.

Adalah Ikrimah, anak dari Abu Jahal sang Penista Islam, juga ikut terlibat dalam Perang Yarmuk. Ikrimah telah memusuhi Islam selama lebih dari 20 tahun, permusuhan yang sudah mendarah daging. Maa fii aabaa’i fil abnaa’. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Dia memusuhi Islam sebagaimana bapaknya.

Hingga akhirnya dia menyatakan masuk Islam setelah Mekkah ditaklukkan (Fathu Makkah). Setelah melarikan diri hingga ke ujung daratan dan menyeberang lautan.

4 tahun pasca wafatnya Rasulullah meletuslah Perang Yarmuk. Kaum muslimin dikomandani oleh Khalid bin Walid. Singa padang pasir legenda perang dalam sejarah Islam. Komandan kavaleri paling ulung sepanjang zaman. Tidak pernah kalah dalam perang manapun yang dimasukinya. Tidak berlebihan jika Rasulullah menyebutnya Saifullah Al Masluul, “Pedang Allah yang Selalu Terhunus”.

Kembali ke sosok Ikrimah. Sebagai anak dedengkot musyrikin yang telah lama memusuhi Islam, kini dia merasa inilah saatnya. Inilah saatnya menebus kesalahan. Inilah saatnya membela Islam, meskipun nyawa taruhannya. Inilah saatnya membeli surga dan menggantungkan nama di langit-langit sejarah.

Kondisi pertempuran di Yarmuk sangatlah berat. Jumlah pasukan jelas tidak berimbang. Jika mengalahkan satu pasukan musuh, maka masih ada 5 atau 6 lagi yang harus dihabisi. Perbandingan antara jumlah kaum muslimin dan Romawi sekitar 1:6.

Saat sedang sengit-sengitnya pertempuran, Ikrimah berteriak. Komandan sayap kanan ini ingin lebih menyemangati pasukan. Pasukan tidak boleh mundur sejengkal pun. Ikrimah merasa perlu untuk membai’at mereka. Sebagaimana yang disebutkan Ibnul Atsir dalam Asadul Ghabah dan Ibnul Jauzi dalam Shifatus Shafwah.

Dengan suara lantang beliau teriakkan, “Siapa yang bersedia berbai’at kepadaku untuk siap mati?”. Serentak terhitung sekitar 400 pasukan menyatakan siap mati bersamanya. Mereka bertempur habis-habisan hingga Allah memberikan kemenangan. Namun, Ikrimah syahid di medan Yarmuk ini.

Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa Ikrimah adalah salah satu di antara 3 orang yang saling mengutamakan air minum untuk saudaranya. Sama-sama dalam kondisi haus di medan perang dan dalam keadaan sakaratul maut. Ketiganya meninggal dan sama-sama belum meminum air tersebut.

Bagaimana dengan kita?

Radhiyallahu ‘an Ikrimah wa ‘an jamii’s shahaabah.

Murtadha Ibawi

(Aktivis dakwah, tinggal di Jakarta)

 

Previous articleAksi 212 Berjalan Sukses, Ini Harapan GNPF Selanjutnya
Next articleMajelis Ormas Islam: Kebangkitan Umat Pasca 212 Harus Dilindungi Oleh Konstitusi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here